''Allah Akan Meninggikan Derajat Seseorang yang Dekat Dengan Al-Qur'an."
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (متفق عليه)“Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq Alaih)
Dan dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,
ورتل القرءان ترتيلا . (المزمل : (4)
“Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya.” (Al-Muzzammil: 4)
Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an, dia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadits ini.
Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dipelajarinya. Dan, dari hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya.
Hai saudara ku yang seiman, mari kita berprestasi dengan al-qur'an, mari kita perkuat iman kita dengan alqur'an. jangan kita hanya memperdebatkan pemerintah saja, berdemo, mencari kesalahan pemerintah, namun membaca al-quran kita tidak pernah. naudzubillahmindzalik... karena rasuluallah menyukai umatnya yang membaca al-quran dan mengajarkannya, maka keduanya harusah kita lakukan. bersikaplah sewajarnya saja, jangan terlalu beriming-iming untuk memperdebatkan masalah ini masalah itu. toh, gak ada yang mendengarkan kok. intinya kita harus perkuat iman kita dengan al-qr'an yah...
seseorang yang selalu hidup dengan al-qur'an akan mendpatkan kemulian di dunia maupun kemulian di akhirat. seseorang mulia di dunia adalah seseorang yang ahli dalam alqur;an. dan seseorang akan mulia di akhirat akan diberikan ganjaran oleh Allah, berupa: 1. Mendapatkan pakaian kemuliaan. 2. tidak disentuh oleh api neraka. 3. Mendapatkan surga tingkatan tinggi. 4. Mensyafaai orang tua.
SUBHANAALLAH bukannnn?
ketika di akhirat. orang tua kita akan mendapatkan safaat ketika anaknya telah menjadi ahli qur;an..
marii kita senantiasa beristiqomah dalam mempelajari al-qur'an yah..
nah, dalam islam ada loh perumapaan-perumpaan orang yang membaca qur'an..
simak hadist di bawah ini:
عن أبى موسى الأشعري رضي الله عنه قال: قال
رسو ل الله صلى الله عليه وسلم: “مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن مقل
الأترجة: ريحها طيب وطعمها طيب, ومثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن كمثل
التمرة: لا ريح لها وطعمها حلو, ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن كمثل
الريحانة: ريحها طيب وطعمها مر. ومثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل
الحنظلة, ليس لها ريح وطعمها مر. ” متفق عليه
“Artinya: Diriwayatkan dari
Abu Musa al-Asy’ari radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang suka membaca al-Qur’an seperti
buah utrujjah. Baunya harum dan rasanya lezat. Dan orang mukmin yang
tidak suka membaca al-Qur’an seperti buah kurma, baunya tidak ada dan
rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Qur’an
seperti buah raihanah, baunya lumayan dan rasanya pahit. Dan
perumpamaan orang munafik yang tidak suka membaca al-Qur’an seperti
buah hanzholah, tidak memiliki bau dan rasanya pahit.” (HR. Muttafaq
alahi).
Begitu indah bunyi hadits di atas. Di
dalamnya menjelaskan kepada kita tentang perumpamaan manusia dalam
Islam. Sadar atau tidak sadar, sebagai seorang muslim dalam Islam ini,
ternyata diri kita masing-masing memiliki ‘rasa dan bau’tersendiri
di hadapan al-Qur’an. Dalam arti, pada setiap kehidupan ini, di manapun
kita dan kapanpun serta bersama siapapun kita, masing-masing memiliki
pancaran sosial yang berbeda-beda.
Bila dilihat dari bunyi hadits shahih di
atas, setidaknya akhlak dan perilaku setiap muslim bisa dianalogikan
dari interaksinya bersama al-Qur’an.
Secara eksplisit, kandungan hadits di atas memuat beberapa prototype manusia muslim yang perlu kita ketahui bersama, yaitu:
1. Orang mukmin (beriman) yang suka membaca al-Qur’an seperti buah utrujjah.
Sudah selayaknya setiap muslim untuk bisa, suka dan pandai membaca al-Qur’an dalam hidup ini. Kenapa?
Karena ibadah membaca al-Qur’an setiap harinya adalah bagian dari salah
satu bentuk ibadah utama bagi kekokohan diri kita . Ketika seseorang
rajin tilawah (membaca) al-Qur’an dalam jumlah ayat, surat dan
juz yang cukup, maka efek positif dari tilawah itu Insya Allah akan
memberikan pancaran cahaya bagi setiap detik hidupnya. Tilawahnya
dinilai ibadah dengan pahala yang berlipat-lipat, hatinya selalu connect (tersambung)
dengan Allah swt, jiwanya sejuk dengan siraman kelembutannya,
pikirannya penuh dengan pesan-pesan ilahi dan dirinya bersama
makhluk-makhluk Allah lainnya dalam tasbih dan tahmid memuji Allah swt.
Tentu saja dari ketekunannya dalam membaca ini, dirinya akan menjadi
baik, mudah mengingat Allah, sigap dan berhati-hati dari segala godaan
penyimpangan dan maksiat, dan penuh harap dan cemas kepada ridho-Nya.
Makanya, Rasulullah memperumpamakan muslim yang seperti ini dengan buahutrujjah.
Atau dengan bahasa familiarnya bagi kita adalah seperti buah durian
yang sangat lezat. Baunya harum dan rasanya lezat sekali. Inilah sifat
muslim ideal itu.
Buah Kurma
2. Orang mukmin yang tidak suka membaca al-Qur’an seperti buah kurma. Tidak ada baunya dan rasanya manis.
Karena keimanan setiap muslim itu
bertingkat-tingkat di hadapan Allah, maka ada juga mukmin yang tidak
suka membaca al-Qur’an. Dirinya hanya cukup dengan tilawah yang apa
adanya, sehingga sedikitpun tidak merasakan kenikmatan dalam membacanya.
Akibatnya, kewajiban tilawah al-Qur’an pun berada pada tingkatan
terendah. Nauzubillah. Padahal Rasulullah saw sebagai guru
al-Qur’an bagi umatnya mewanti-wanti kita, umatnya untuk menjadikan
tilawah harian sebagai indikasi keimanan kita kepada Allah swt (lihat Qs
al-Baqoroh: 121). Ya, walaupun amalan ibadah yang lainnya cukup baik,
namun apabila sisi al-Qur’an ini terlupakan, jadinya aroma keimanannya
pun menjadi berkurang. Oleh karena itu, Rasulullah saw menyamakannya
seperti buah kurma. Rasanya manis tapi tidak ada baunya.
3. Orang munafik yang suka membaca al-Qur’an seperti buahraihanah. Baunya enak, tapi rasanya pahit.
Kaum munafikin adalah satu dari ketiga
golongan manusia yang diklasifikasikan dalam al-Qur’an selain
orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Jumlah kaum munafik ini selalu
saja berada pada populasi yang besar ketimbang kedua golongan lainnya.
Munafik adalah beriman secara zahir tapi kafir secara batin. Nah, erat
kaitannya hal muamalah dengan al-Qur’an, ada orang munafik yang
suka dan pandai membaca al-Qur’an. Tapi sangat disayangkan, tilawahnya
itu hanya sekedar pemoles bibir dan suaranya saja. Sementara isinya yang
indah tidak sampai di bawah pada praktek sehari-hari. Dengan kata lain,
ia pandai mengaji (tilawah) tapi maksiat jalan terus. Nah, menurut
Rasulullah, orang munafik semacam ini tak ubahnya bagaikan buah Raihanah
(dalam bahasa arab) yang baunya enak tapi rasanya pahit. Pancaran
keindahan ayat-ayat al-Qur’an yang ia baca itulah yang menjadikannya
dirinya ‘baunya ‘ enak. Tapi, sayang..enaknya hanya di bibir saja,
sedangkan isinya tidak diamalkan. Karenanya, jadilah dirinya pahit.
Buah Hanzalah
4. Yang terakhir, orang munafik yang tidak suka membaca al-Qur’an, seperti buah Hanzholah. Tidak memiliki bau dan rasanya pahit.
Inilah sejelek-jeleknya contoh manusia.
Sudah munafik yang dibenci Allah, eh dia juga tidak suka membaca
al-Qur’an. Bisa jadi akibat kemunafikannya itulah ia tidak beriman
dengan al-Qur’an sehingga mengakibatkan dirinya sama sekali tidak
memiliki pancaran Islam dan kelembutan al-Qur’an. Aromanya pun nihil dan
rasanya pahit sekali. Semua penampilannya buruk di hadapan manusia.
Apalagi di hadapan Allah swt. Baik secara akhlak maupun psikis. Wajar
saja, jika Allah menjadikan tempat akhir mereka kelak di yaumil akhir
pada kerak neraka yang paling dalam. Na’uzubillah min zalik. Semoga
Allah menjauhkan kita dari sifat yang satu ini. Amiin.
Jadi, mari kita merenung dan intropeksi bersama, manakah di antara keempat sifat manusia di atas yang melekat pada diri kita??
Semoga kita bisa memperbaiki diri dalam bermuamalah dengan al-Qur’an ini, sehingga Allah memberikan kita ‘aroma dan rasa’ yang menyedapkan bagi lingkungan sosial dan kehidupan kita, dari dunia sampai akhirat nanti.
آمين يا مجيب السائلين
Wallahu a’lam bish-showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar